Peringatan hari Kartini pada 21 April merupakan sebuah simbol perjuangan seorang perempuan menuntut hak kesetaraan seperti laki-laki atau disebut emansipasi. Karena sejarah menunjukkan bahwa keluarga Raden Ajeng Kartini merupakan penganut sistem patriarki, dimana wanita dianggap perannya hanya di ranah domestik. Sehingga, saat Kartini lepas dari pendidikan SD, ingin melanjutkan ke pendidikan selanjutnya mendapat larangan dari orang tuanya.
Namun Kartini, meski hanya dirumah saja, tetapi kemampuan dan pengetahuannya setiap hari bertambah, selain menulis atau berkorespondensi dengan teman-temannya berkebangsaan Belanda, beliau juga kerap membaca buku-buku dari sahabat penanya, sehingga semakin hari semakin meluaskan cara pandang beliau akan perannya sebagai seorang perempuan.
Sehingga saat menikah, suaminya memberi kesempatan kepada Kartini untuk mendirikan sekolah perempuan, yang mengajarkan banyak hal seperti peran perempuan dalam ranah domestik, publik dan juga mengajarkan skill agar para perempuan lebih berdikari alias berdiri di atas kaki sendiri atau mandiri. Namun dengan tetap tidak melupakan kodratnya sebagai istri, ibu dan anggota masyarakat yang sangat dibutuhkan kontribusinya untuk umat.
Melihat perjuangan R.A Kartini, kita sebagai muslim hendaknya juga berkaca bagaimana Islam memandang perempuan. Sejak 1400 abad yang lalu sebelum R.A Kartini lahir, Islam datang memberikan penghargaan dan kedudukan yang sama dengan laki-laki.
Islam memandang sama antara laki dan perempuan dalam segala dimensi kehidupan.
Allah dalam firmanNya menegaskan:
“Barang siapa yang mengerjakan amal salih, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan.” (Q.S. An-Nahl: 97)
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan
yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan
perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan
perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan
untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Q.S. Al-Ahzab: 35).
Saat ini, sudah selayaknya kita sebagai kaum perempuan semakin bersemangat untuk ikut berkontribusi membangun umat. Menjadi Kartini masa kini. Kartini yang senantiasa terus berkontribusi dengan segala kemampua yang dimiliki.
Menjadi pribadi yang bermanfaat untuk diri, keluarga dan masyarakat.
Berikut profil Kartini masa kini yang perlu kita teladani. Beliau adalah bunda Sumariyah. Usianya memang sudah tidak muda. Tapi semangatnya berwirausaha, bekerja untuk menghidupi diri dan keluarga harus kita warisi dan layak dijadikan contoh. Tanpa kenal lelah terus berusaha. Karena sejatinya kemuliaan seseorang itu bukan dilihat dari banyaknya harta, kecantikan atau jabatan, tetapi dari ketaqwaan kita dihadapan Allah.
Selamat berkarya kartini-kartini masa kini. Ditanganmu bangsa ini butuh sosok sepertimu. Sosok yang tidak ingin menjadi beban negara karena lebih memilih menganggur saja. Tapi engkau lebih memilih tetap berusaha dengan skill yang dipunya. Masyarakat berdaya. Negara sejahtera.
#RKIBanyuwangi