Minggu, 21 September 2025

Ketika Nafas Terakhir Berhenti: Sudahkah Kita Siap Menghadapinya?

Setiap manusia yang lahir ke dunia pasti akan menghadapi kematian. Tidak ada seorang pun yang dapat lari darinya, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.”
(QS. Ali Imran: 185)

Kematian adalah kepastian yang sering kita lupakan dalam hiruk-pikuk kehidupan dunia. 
Kita sibuk mengejar harta, jabatan, dan popularitas, namun terkadang lupa mempersiapkan bekal untuk perjalanan panjang setelah nafas terakhir berhenti. 
Pertanyaannya, sudahkah kita siap ketika saat itu tiba?

Ketika Nafas Terakhir Berhenti: Sudahkah Kita Siap Menghadapinya kematian Tidak Mengenal Waktu dan Usia

Salah satu hakikat kematian yang harus kita sadari adalah ia bisa datang kapan saja, tanpa tanda, tanpa permisi. 
Banyak orang mengira bahwa kematian hanya datang di usia tua atau saat sakit parah. 
Padahal, betapa banyak orang yang masih muda dan sehat, tiba-tiba dipanggil Allah tanpa sempat berpesan kepada keluarga.

Rasulullah Saw mengingatkan kita dalam sabdanya:
"Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian."
(HR. Tirmidzi)

Mengapa kita dianjurkan sering mengingat kematian? 
Karena dengan mengingatnya, hati akan lebih lembut dan terdorong untuk memperbanyak amal shalih. 
Jika kita selalu sadar bahwa hidup ini sementara, kita akan lebih berhati-hati dalam setiap langkah dan keputusan.

Harta dan Jabatan Tak Akan Dibawa

Sering kali kita berusaha keras mengumpulkan harta, memperjuangkan karier, dan mengejar penghormatan dari manusia. 
Namun, ketika nafas terakhir terhenti, semua itu tidak lagi berarti.

Yang mengiringi kita hanyalah tiga hal, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
"Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang shalih."
(HR. Muslim)

Ayat dan hadits ini menjadi pengingat bahwa yang benar-benar kita bawa hanyalah amal perbuatan.
Semua harta dan kemewahan akan ditinggal untuk ahli waris, sementara tubuh kita dibungkus kain kafan sederhana dan dikuburkan.

Hikmah untuk yang Ditinggalkan

Kematian bukan hanya pelajaran bagi yang pergi, tetapi juga bagi keluarga yang ditinggalkan. 
Saat kehilangan orang tercinta, kesedihan adalah hal yang wajar.
Namun, bagi seorang muslim, kesabaran dan keikhlasan adalah tanda keteguhan iman.

Ada beberapa sikap yang sebaiknya dilakukan keluarga yang ditinggalkan:

1. Sabar dan Ridha – Yakin bahwa segala sesuatu sudah ditetapkan oleh Allah dengan penuh hikmah.

2. Mendoakan yang Telah Tiada – Doa anak shalih dan sedekah atas nama almarhum akan menjadi cahaya bagi mereka di alam kubur.

3. Mengambil Pelajaran – Jadikan kematian sebagai pengingat untuk memperbaiki diri dan memperbanyak amal.

Penutup

Kematian adalah pintu menuju kehidupan yang sebenarnya. 
Tidak ada yang bisa menolaknya, dan tidak ada yang tahu kapan ia akan datang. 
Oleh karena itu, gunakan setiap detik kehidupan untuk memperbaiki diri, memperbanyak amal, dan bertaubat dari segala kesalahan.

Sebab, ketika nafas terakhir berhenti, semua kesempatan sudah berakhir.
Mari kita renungkan… 

Jika hari ini adalah hari terakhir kita, sudahkah kita siap menghadapinya?
Share:

0 comments:

Alamat

Jl. Brawijaya gg. Keadilan, Kel. Kebalenan Kec. Banyuwangi Kab. Banyuwangi