Selasa, 25 November 2025

Guru, Investasi Bangsa: Mengapa Penghormatan Tak Boleh Berhenti Hari Ini ?

Guru bukan sekadar profesi—guru adalah investasi jangka panjang sebuah bangsa. Ketika kita berbicara tentang masa depan, satu hal yang tidak pernah berubah dari zaman ke zaman: bangsa yang maju adalah bangsa yang memuliakan pendidiknya. 

Dalam perspektif Islam, betapa pentingnya posisi guru terlihat dari kisah besar Rasulullah SAW dan awal turunnya wahyu.
Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai seorang ummi, yaitu tidak bisa membaca dan menulis. 
Namun justru kepada Nabi Muhammad SAW, Allah SWT menurunkan wahyu pertama yang berkaitan langsung dengan perintah membaca: “Iqra’” (Bacalah!). 

Perintah pertama ini bukan sekadar instruksi membaca secara literal, tetapi simbol bahwa perubahan umat dimulai dari ilmu. 

Allah mengangkat derajat orang-orang berilmu:
“…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Hadits Nabi juga menegaskan keutamaan guru dan penuntut ilmu:
“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi.” (HR. Tirmidzi).

Dan dalam riwayat lain:
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Dari sinilah kita memahami bahwa guru—sebagai penyampai ilmu—memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam dan pembangunan peradaban.

Salah satu bukti sejarah bahwa guru merupakan penentu kebangkitan bangsa terjadi setelah tragedi bom atom Hiroshima dan Nagasaki pada 1945. Dua kota itu luluh lantak, meratakan rumah, fasilitas umum, dan menghentikan aktivitas kehidupan. 

Namun pemerintah Jepang tidak menanyakan berapa banyak bangunan tersisa, melainkan satu hal penting:
“Berapa guru yang masih hidup?”

Data sejarah mencatat, di Hiroshima sekitar 90% bangunan hancur, lebih dari 60.000 penduduk meninggal, namun ketika pemerintah menemukan bahwa masih ada ratusan guru yang selamat, mereka yakin bahwa Jepang bisa bangkit kembali. 

Sebab bagi mereka, selama ada guru, ada masa depan. 
Dan terbukti, tak sampai 20 tahun kemudian Jepang menjadi kekuatan ekonomi dunia. 
Itu karena fondasi pembangunan mereka diletakkan pada pendidikan dan penghormatan terhadap guru.

Jika menengok Indonesia, penghormatan terhadap guru dulu terasa sangat kuat. Guru dianggap orang tua kedua, tokoh bijak di masyarakat, bahkan rujukan moral. Namun fenomena hari ini cukup berbeda. Berdasarkan data UNESCO (2022), Indonesia masih kekurangan lebih dari 1,3 juta guru. 

Data Kemendikbud juga menunjukkan bahwa lebih dari 60% guru honorer menerima gaji kurang dari 1 juta rupiah per bulan. 
Beban administrasi yang menumpuk, tekanan sosial, serta minimnya dukungan sistem membuat guru bekerja jauh lebih berat dari yang terlihat.

Hubungan guru–murid pun berubah. 
Anak-anak lebih dekat dengan gawai dibanding gurunya, sementara sebagian orang tua lebih cepat menyalahkan guru daripada memahami konteks pendidikan yang kompleks. 

Di sisi lain, guru dituntut beradaptasi dengan teknologi, kurikulum baru, serta tantangan sosial modern yang makin rumit.

Namun ada satu hal yang tetap sama: jasa guru tidak tergantikan. Setiap huruf yang kita baca, setiap konsep yang kita pahami, dan setiap kesuksesan yang kita raih adalah buah dari ketulusan seorang guru dalam mendampingi perjalanan hidup kita.

Menghormati guru tidak boleh berhenti pada tanggal 25 November saja. Guru adalah investasi bangsa; selama mereka terus dijunjung dan diberdayakan, masa depan Indonesia akan tetap memiliki cahaya.
Share:

Rabu, 19 November 2025

Milad Muhammadiyah ke-113: Mencerahkan, Memberdayakan, Membesarkan Bangsa

Setiap tanggal 18 November, bangsa Indonesia memperingati hari bersejarah bagi lahirnya salah satu organisasi Islam terbesar dan paling berpengaruh, yakni Muhammadiyah. 
Pada tahun 2025 ini, Muhammadiyah menapaki usia ke-113, sebuah usia yang mencerminkan ketangguhan, kedewasaan, dan konsistensi dalam membawa misi pencerahan bagi umat dan bangsa. 
Milad Muhammadiyah bukan sekadar perayaan, tetapi momentum refleksi tentang kontribusi besar Muhammadiyah dalam membangun Indonesia yang maju dan berkeadaban.

Didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1912, Muhammadiyah hadir dengan gagasan Islam berkemajuan: Islam yang memadukan nilai keimanan, rasionalitas, dan kemanfaatan sosial. 
Di tengah kondisi bangsa yang masih berada dalam cengkeraman kolonial, Muhammadiyah tampil sebagai gerakan pembaruan, membawa semangat modernisasi dalam pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat. Semangat inilah yang kemudian berkembang dan mengakar kuat hingga kini.

Selama lebih dari satu abad, Muhammadiyah telah membuktikan diri sebagai organisasi yang memberi kontribusi nyata. 
Jaringan pendidikan Muhammadiyah meliputi ribuan sekolah, ratusan perguruan tinggi, hingga kampus besar seperti Universitas Muhammadiyah Malang, Yogyakarta, Surakarta, dan lainnya. Di bidang kesehatan, Muhammadiyah mengelola rumah sakit serta klinik yang tersebar di seluruh Indonesia, dikenal dengan standar pelayanan yang profesional sekaligus humanis. 
Sementara dalam ranah sosial, peran Muhammadiyah tampak jelas pada berbagai aksi kemanusiaan, bantuan kebencanaan, program pengentasan kemiskinan, dan pemberdayaan perempuan.

Tidak hanya itu, Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan yang mampu menjawab tantangan zaman. 
Di era modern yang serba cepat dan penuh perubahan, Muhammadiyah terus mendorong kader dan warganya untuk adaptif, berilmu, serta berperan aktif dalam membangun masyarakat. Dengan konsep Islam Berkemajuan, Muhammadiyah mengajak umat untuk memahami agama dengan pendekatan yang rasional dan kontekstual, tanpa kehilangan akar spiritualnya. 
Pendekatan ini membuat Muhammadiyah tetap relevan di tengah dinamika sosial, politik, dan teknologi yang terus berkembang.

Milad ke-113 menjadi pengingat bahwa perjalanan organisasi ini bukan hanya warisan sejarah, tetapi juga bekal untuk masa depan. 
Tantangan baru seperti digitalisasi, perubahan sosial, isu lingkungan, hingga kebutuhan peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi fokus yang tak dapat diabaikan. 
Muhammadiyah, dengan karakter progresifnya, diharapkan terus menjadi motor perubahan yang mendorong lahirnya generasi berakhlak, berpendidikan tinggi, serta berperan aktif dalam pembangunan bangsa.

Di tengah berbagai capaian tersebut, Milad Muhammadiyah juga menjadi kesempatan untuk menguatkan sinergi dengan seluruh elemen bangsa. Kolaborasi antar organisasi, pemerintah, dan masyarakat menjadi kunci dalam mewujudkan Indonesia yang lebih maju, makmur, dan berkeadilan. 
Spirit gotong-royong dan persatuan adalah nilai yang selalu dikedepankan Muhammadiyah dalam setiap langkahnya.

Akhirnya, Milad Muhammadiyah ke-113 adalah momen bersyukur dan mendoakan agar organisasi ini semakin kuat dalam dakwah, pendidikan, serta amal sosial.
Semoga Muhammadiyah terus menjadi cahaya bagi umat, sumber inspirasi bagi generasi muda, dan pilar penting bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Share:

Rabu, 12 November 2025

Ayahku, Teladan Kehidupan dan Pahlawan Keluarga

Dalam setiap perjalanan hidup, selalu ada sosok yang mungkin tak banyak bicara, tapi tindakannya berbicara lebih lantang daripada kata-kata. 
Ia hadir dengan langkah tegap, tatapan penuh tanggung jawab, dan hati yang luas penuh kasih sayang. 
Dialah ayah — pahlawan dalam kehidupan yang sering kali berjuang dalam diam.

Ayah adalah simbol kekuatan dan keteguhan. 
Ketika badai kehidupan datang, ayah berdiri di garis depan, memastikan keluarganya tetap aman dan sejahtera. Mungkin tidak selalu dengan kata-kata lembut, namun melalui kerja kerasnya yang tanpa pamrih, ayah menunjukkan arti cinta sejati. 
Dari ayah, kita belajar bagaimana menghadapi hidup dengan tangguh, bagaimana berdiri ketika jatuh, dan bagaimana terus berjuang meski dalam kesulitan.

Dalam pandangan anak, ayah adalah sosok pertama yang mengenalkan arti tanggung jawab dan disiplin. 
Ia mengajarkan bahwa setiap keberhasilan membutuhkan usaha, setiap impian menuntut kerja keras, dan setiap doa harus disertai tindakan. 
Di balik setiap senyum keluarga, ada peluh yang menetes dari kening ayah — tanda pengorbanan yang sering tak terlihat namun begitu nyata.

Namun, ayah bukan hanya tentang ketegasan. 
Di balik sikapnya yang tegar, tersimpan kelembutan dan kasih sayang mendalam. Ia mungkin jarang mengekspresikan cinta dengan kata-kata, tapi perhatiannya hadir dalam setiap hal kecil: memastikan anaknya makan dengan cukup, menyekolahkan meski harus menahan lelah, dan mendoakan dalam setiap sujud malam. Itulah cinta ayah — sederhana, namun abadi.

Dalam kehidupan modern yang serba cepat, peran ayah tetap menjadi pondasi utama keluarga. 
Ia tidak hanya bertugas mencari nafkah, tetapi juga menjadi panutan moral dan spiritual. 
Ayah yang hadir dalam kehidupan anak-anaknya, mendidik dengan teladan, dan mengajarkan nilai-nilai kebaikan, akan melahirkan generasi yang berakhlak, berani, dan bertanggung jawab.

Kehadiran ayah juga mencerminkan cinta Tuhan yang penuh perlindungan. 
Dalam Islam, seorang ayah memiliki tanggung jawab besar sebagai pemimpin keluarga — bukan untuk berkuasa, tetapi untuk mengayomi, membimbing, dan menuntun keluarganya menuju kebaikan. Ketika seorang ayah menunaikan perannya dengan cinta dan kesabaran, maka rumah tangga itu akan menjadi tempat lahirnya ketenangan dan keberkahan.

Hari Ayah menjadi momen istimewa untuk mengingat dan menghargai semua pengorbanan yang mungkin tak terucap. 
Sebuah kesempatan untuk berkata: “Terima kasih, Ayah. 
Terima kasih atas segala lelahmu, atas setiap doa dan perjuanganmu yang tidak pernah berhenti.”

Sebab sejatinya, ayah adalah pahlawan yang tak mencari pujian. 
Ia berjuang bukan untuk dikenal, tapi untuk memastikan bahwa orang-orang yang dicintainya hidup bahagia. 
Di balik kesederhanaannya, tersimpan cinta yang luar biasa besar — cinta yang menjadi sumber kekuatan bagi setiap anak untuk melangkah menghadapi kehidupan.

Selamat Hari Ayah Nasional 12 November 2025.
Mari kita kenang, hormati, dan cintai sosok ayah dalam hidup kita — sang pahlawan tanpa tanda jasa yang selalu hadir, meski sering tanpa kata. ❤️
Share:

Hari Pahlawan 2025: Saatnya Bangkit, Berkarya, dan Mengabdi untuk Negeri

Setiap tanggal 10 November, bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan — sebuah momentum penuh makna untuk mengenang jasa para pejuang yang telah mengorbankan jiwa dan raga demi kemerdekaan negeri ini. 
Hari Pahlawan bukan sekadar mengenang masa lalu, tetapi juga menghidupkan kembali semangat perjuangan, pengorbanan, dan cinta tanah air di hati setiap warga bangsa. 
Di tengah zaman yang serba cepat dan digital seperti sekarang, semangat kepahlawanan tetap relevan dan dibutuhkan dalam setiap aspek kehidupan.

Dahulu, para pahlawan berjuang dengan senjata dan darah. 
Kini, perjuangan kita mungkin tak lagi di medan perang, tetapi di arena kehidupan yang berbeda — di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, dan teknologi. 
Menjadi pahlawan masa kini berarti memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat. 
Seorang guru yang dengan sabar mendidik generasi muda, seorang tenaga medis yang setia melayani tanpa kenal lelah, seorang petani yang terus menanam demi ketahanan pangan bangsa — semuanya adalah pahlawan.
 
Setiap tindakan kecil yang dilakukan dengan niat tulus untuk kemajuan bersama adalah bentuk perjuangan yang tak kalah mulia.

Bagi generasi muda, Hari Pahlawan menjadi pengingat bahwa kemerdekaan dan kenyamanan yang dinikmati hari ini lahir dari perjuangan panjang yang berdarah-darah. 
Oleh karena itu, tugas kita bukan hanya menikmati hasilnya, tetapi juga menjaga dan melanjutkan semangat juang itu dengan karya nyata. 
Dalam dunia modern, tantangan bangsa tak lagi sebatas penjajahan fisik, melainkan penjajahan nilai, mental, dan moral. 
Maka, menjadi pahlawan masa kini berarti menjaga integritas, menolak korupsi, menyebarkan kebaikan, dan menjadi teladan di lingkungan sekitar.

Keluarga Besar DPD PKS Banyuwangi mengajak seluruh masyarakat untuk menyalakan kembali semangat perjuangan para pahlawan. Mari kita lanjutkan estafet perjuangan mereka dengan berbuat nyata bagi kemajuan daerah dan bangsa. 
Sebagaimana tema yang kami usung tahun ini: “Generasi Sehat, Indonesia Kuat”, kami percaya bahwa bangsa yang kuat lahir dari masyarakat yang sehat — baik jasmani, rohani, maupun moral. 
Mari bersama kita ciptakan lingkungan yang produktif, gotong royong, dan penuh kasih, agar semangat pahlawan tetap hidup di setiap langkah kita.

Pahlawan sejati tidak selalu tercatat dalam buku sejarah, namun mereka selalu meninggalkan jejak kebaikan dalam kehidupan orang lain. 
Setiap dari kita memiliki potensi untuk menjadi pahlawan — di rumah, di tempat kerja, di sekolah, bahkan di dunia digital.
Mulailah dari hal kecil: menolong sesama, menjaga kejujuran, bekerja dengan ikhlas, dan mencintai tanah air. 
Share:

Alamat

Jl. Brawijaya gg. Keadilan, Kel. Kebalenan Kec. Banyuwangi Kab. Banyuwangi